Dia seperti orang depresi. Hari-harinya ada bersama tulisan
dan tahajudnya diisi dengan tangisan. Tak ada yang tau bagaimana ia saat
itu. Keterpurukan rasanya atau keinginannya yang tersumbat.
Ia
seperti pajangan kamar yang ditatih
kondisi, ia itu buih-buih pantai yang enggan untuk bangun, ia sayap-sayap rapuh yang berangan terbang. Sementara ibu hanya memandunya dengan doa yang rampu dan airmata yang beku.
kondisi, ia itu buih-buih pantai yang enggan untuk bangun, ia sayap-sayap rapuh yang berangan terbang. Sementara ibu hanya memandunya dengan doa yang rampu dan airmata yang beku.
Andaikata masa itu hadir untuknya, maka ia
akan jalan dengan duka, andaikata ia berang pada alam, maka ia akan
dihujami perasaan. Andaikata ia terjun dari terbing itu, maka ia kasihan
akan ibu.
Ingin rasanya pergi, ingin rasanya terbang, hingga tak tau tangis-tangis itu singgah dipipiku.
Ingin rasanya pergi, ingin rasanya lari.
Sampai titik ataupun koma itu tak dapat di ketahui dimana sisi dan akhirnya…
… Aku Mati!...
Dan legenda kehidupan ku berakhir dengan tangis mimpi..
No comments:
Post a Comment